Minggu, 09 Agustus 2015

Perdebatan Al-Ghazali dan Ibnu Rusyd



Perbedaan pendapat Al-Ghazali dan Ibnu Rusyd Tentang maju dan mundurnya Islam

Al-Ghazali dan Ibnu Rusyd dua tokoh yang sangat berbeda, sampai ada yang berpandangan dunia barat maju karena Ibnu Rusyd dan Dunia Islam mundur karena Al-Ghazali. pada hakikatnya kedua tokoh tersebut merupakan tokoh yang hidup pada abad kemajuan Islam dan memegang peranan penting dalam mengembangkan dakwah Islam. Tapi, apa yang menjadi penyebab lahirnya pendapat yang mengatakan Barat maju karena Ibnu Rusyd sedangkan Islam mundur karena Al-Ghazali?


jika kita teliti tentang kedua tokoh tersebut, Ibnu Rusyd merupakan salah seorang filsuf muslim yang yang tumbuh dan berkembang dalam keluarga fuqaha’ dan hakim. Ayahnya dan kakeknya menjadi hakim-hakim agung di Andalusia. Ibnu Rusyd sendiri menjabat hakim di Sevilla dan Cordova pada saat terjadi hubungan politik yang penting antara Andalusia dengan Marakasy pada masa Khalifah al-Manshur, hal ini yang membuat Ibnu Rusyd berpikir secara luas. Dalam pemikirannya Ibnu Rusyd mengedepankan filsafat, bahkan beliau juga menerjemahkan buku-buku filsafat karangan Aristoteles dan memaparkan secara rinci sehingga beliau diangkat sebagai seorang filsuf oleh para murid dan pengikutnya.[1]
      Salah satu tuduhan yang sering dialamatkan kepada Al-ghazali adalah ia penyebab kemunduran Islam, serangan beliau terhadap filsafat dianggap telah mematikan kebebasan berpikir yang berujung pada tumpulnya daya kritis dikalangan umat. Filsafat  yang menjadi titik terang al-ghazali bukanlah prinsip-prinsip dasar dari filsafat itu sendiri yang berpikir dengan kaidah logika yang ketat. Yang menjadi titik serang al-ghazali adalah kecenderungan umum orang-orang pada masa itu yang mendewakan filsafat. Terutama para ahli bid’ah yang sering memakai filsafat untuk membohongi orang awam. Inilah cuplikan dari bagian awal kitab Tahafut Al-falasifah karya Al-Ghazali.
“Kaum Bid’ah pada zaman kita telah mendengar nama-nama besar, seperti socrates, Hippocrates, Plato dan aristoteles. Mereka tertipu oleh pernyataan-pernyataan berlebihan yang dibuat oleh pengikut-pengikut filsuf itu ...”

Serangan Al-Ghazali sebenarnya buka pada filsafat secara umum, tetpi pada dua cabang, yaitu teologi atau metafisika, dan pada sebagian Ilmu Alam , terutama yang menyatakan “Keabadian Alam”.[2]
      Hakikat yang menjadi ciri keyakinan Al-Ghazali adalah hakikat Tasawuf, bukan hakikat lain. Dan ia menjadikan norma tasawuf sebagai garis pemisah dalam setiap problema pemikiran termasuk musyakilah agama seluruhnya.
      Hal inilah yang menjadi perbedaan antara Ibnu Rusyd dan al-ghazali, ibnu Rusyd mengedepankan pemikiran filsafat dalam memahami agama, akan tetapi Al-Ghazali menolak keras filsafat teologi, beliau lebih mengedepankan tasawuf dalam memahami agama, dengan maksud supaya pemikiran kalam dalam Islam tidak terus berkembang, karena menurut al-ghazali kemajuan suatu zaman diukur berdasarkan seberapa besar orang-orang bisa taat dan menjalankan agamanya secara kaffah.

***
Bahan Kuliah Mata Kuliah Khazanah Pendidikan Islam, pada Program Pascasarjana UIN Ar-Raniry, Banda Aceh




        [1] Mustofa, Filsafat Islam, (Bandung : Pustaka Setia, 2004), hal. 285
      [2] Himawijaya, Mengenal Al-Ghazali : keraguan adalah awal keyakinan, (Bandung : Mizan, 2004), hal. 32-36

Tidak ada komentar:

Posting Komentar