Rabu, 12 Agustus 2015

Makalah "Penerapan Metode Diskusi untuk Memotivasi Siswa dalam Belajar"

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Pendidikan agama Islam diartikan sebagai usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan, bimbingan, pengajaran dan atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.[1]
Berbeda dari subyek pelajaran lain yang lebih menekankan pada penguasaan berbagai aspek pendidikan, pendidikan agama tidak hanya sekedar mengajarkan ajaran agama kepada siswa, tetapi juga menanamkan komitmen terhadap ajaran agama yang dipelajarinya. Hal ini berarti bahwa pendidikan agama memerlukan pendekatan pembelajaran yang berbeda dari pendekatan subyek pelajaran lain. Karena di samping mencapai penguasaan juga menanamkan komitmen, maka metode yang digunakan dalam pembelajaran pendidikan agama harus mendapat perhatian yang seksama dari pendidik agama karena memiliki pengaruh yang sangat berarti atas keberhasilannya. Metode tidak hanya berpengaruh pada peningkatan penguasaan materi tentang ajaran agama, tetapi juga pada penanaman komitmen beragama, karena yang terakhir ini lebih ditentukan oleh proses pembelajaran dari pada materinya.
Untuk meningkatkan aktivitas dan semangat belajar diperlukan ketrampilan dan kreativitas guru dalam menyampaikan materi yaitu dengan cara penggunaan metode yang tepat dalam motivasi. Oleh sebab itu dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI) di sekolah-sekolah umum, metode merupakan unsur yang sangat penting dan tidak dapat dihilangkan dalam pembelajaran untuk merencapai suatu tujuan yang diinginkan.

Di sini peneliti mengunakan metode diskusi sebagai penelitian dalam pembelajaran di MTsN 1 Banda Aceh. Karena dengan metode ini peneliti berharap dapat mengetahui bagaimana antusiasme siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Metode Diskusi
Metode berasal dari bahasa Yunani “Metodos”. Kata ini terdiri dari dua suku kata, yaitu: “metha” yang berarti melalui atau melewati dan “hodos” yang berarti jalan atau cara.[2] Secara istilah Sebagaimana yang disampaikan oleh Armai Arief bahwa metode berarti suatu cara yang harus dilalui untuk menyajikan bahan pelajaran agar tercapai tujuan pembelajaran.
Metode merupakan bagian dari komponen dari proses pendidikan serta merupakan bagian yang integral dengan sistem pengajaran, maka dalam perwujudannya tidak dapat dilepaskan dengan komponen system pengajaran yang lain.
Kata “diskusi” menurut Armai Arief berasal dari bahasa latin, yaitu “discussus” yang berarti “to examine”. “Discussus” terdiri dari akar kata “dis” dan “cuture”. “Dis” artinya terpisah, sementara “cuture” artinya menggoncang atau memukul. Secara etimologi, “discuture” berarti suatu pukulan yang memisahkan sesuatu. Atau
dengan kata lain membuat sesuatu menjadi jelas dengan cara memecahkan atau menguraikannya (to clear away by breaking up or cuturing). Secara umum pengertian diskusi adalah suatu proses yang melibatkan dua individu atau lebih, berintegrasi secara verbal dan saling berhadapan, saling tukar informasi (information sharing), saling mempertahankan pendapat (self maintenance) dalam
memecahkan sebuah masalah tertentu (problem solving).[3]
      Jadi pengertian metode diskusi menurut Armai Arief adalah salah satu alternative, metode/cara yang dapat dipakai oleh seorang guru di kelas dengan tujuan dapat memecahkan suatu masalah berdasarkan pendapat siswa.
      Metode diskusi dimaksudkan untuk merangsang pemikiran serta berbagai jenis pandangan. Ada 3 langkah utama dalam metode diskusi :
-          Penyajian, yaitu pengenalan terhadap masalah atau topik yang meminta pendapat, evaluasi dan pemecahan dari murid.
-          Bimbingan, yaitu pengarahan yang terus-menerus dan secara bertujuan yang diberikan guru selama proses diskusi. Pengarahan ini diharapkan dapat menyatukan pikiran-pikiran yang telah dikemukakan.
-          Pengikhtisaran, yaitu rekapitulasi pokok-pokok pikiran penting dalam diskusi.
Keberhasilan metode diskusi banyak ditentukan oleh adanya tiga unsur yaitu: pemahaman, kepercayaan diri sendiri dan rasa saling menghormati.[4]

B.     Macam-Macam Diskusi
Untuk dapat malaksanakan diskusi di kelas, seorang Guru harus mengetahui terlebih dahulu tentang jenis-jenis diskusi, sehingga dalam pelaksanaannya dapat menyesuaikan jenis diskusi apa yang akan digunakan. Ditinjau dari sudut formalitas dan jumlah peserta yang mengikutinya, diskusi digolongkan menjadi:

a.      Diskusi Formal
      Diskusi ini terdapat pada lembaga-lembaga pemerintahan atau semi pemerintahan, dimana dalam diskusi itu perlu adanya ketua dan penulis serta pembicara yang diatur secara formal, contoh: siding DPR 9.[5] Sedangkan menurut M. Syah, aturan yang dipakai dalam diskusi ini ketat dan rapi. Jumlah peserta umumnya lebih banyak bahkan dapat melibatkan seluruh siswa kelas. Ekspresi spontan dari peserta biasanya dilarang sebab tiap peserta yang akan berbicara harus dengan izin moderator untuk menjamin ketertiban diskusi.

b.      Diskusi Informal
Aturan dalam diskusi ini lebih longgar dari pada diskusidiskusi lainnya, karena sifatnya yang tidak resmi. Penerapannya bias dalam diskusi keluarga, dan dalam belajar mengajar dilaksanakan dalam kelompok-kelompok belajar dimana satu sama lain bersifat “Face to face relationship”.

c.       Diskusi Panel
Dalam diskusi ini ada dua kategori peserta, yaitu: peserta aktif dan non aktif. Peserta aktif langsung melibatkan diri dalam diskusi, sedangkan peserta non aktif hanya menjadi pendengar. Adakalanya peserta non aktif ini terdiri dari beberapa kelompok yang memiliki wakil-wakil yang ditugasi berbicara atas nama kelompoknya.

d.      Diskusi dalam bentuk Symposium
Diskusi ini hampir sama dengan diskusi formal lainnya, hanya saja diskusi symposium disampaikan oleh seorang pemrasaran atau lebih (umumnya lebih). Pemrasaran secara bergiliran menyampaikan uraian pandangannya mengenai topik yang sama atau salah satu dari topik yang sama tersebut. Dan diskusi symposium ini biasanya tidak mencari kebenaran tertentu.

e.       Lecture Discussion
Diskusi ini dilaksanakan dengan membeberkan suatu persoalan, kemudian didiskusikan. Disini biasanya hanya satu pandangan atau satu persoalan saja.

f.        Whole Group
Kelas merupakan satu kelompok diskusi. Whole group yang ideal apabila jumlah anggota tidak lebih dari 15 orang.


g.       Buzz Group
Satu kelompok besar dibagi menjadi beberapa kelompok kecil, terdiri dari 4-5 orang. tempat diatur agar siswa dapat berhadapan muka dan bertukar pikiran dengan mudah. Diskusi diadakan di tengah atau di akhir pelajaran dengan maksud menajamkan kerangka bahan pelajaran, memperjelas bahan pelajaran atau menjawab pertanyaan-pertanyaan.

h.      Sundicate Group
Suatu kelompok (kelas) dibagi mejadi beberapa kelompok kecil terdiri dari 3-6 orang. Masing-masing kelompok kecil melaksanakan tugas tertentu. Guru menjelaskan garis besarnya problema kepada siswa, guru menggambarkan aspek-aspek masalah, kemudian tiap-tiap kelompok (sydicate) diberi tugas untuk mempelajari suatu aspek tertentu. Guru menyediakan referensi atau sumber-sumber informasi lain.

i.        Rain Storming Group
Dalam diskusi ini setiap kelompok harus menyumbangkan ideide baru tanpa dinilai segera. Setiap anggota kelompok mengeluarkan pendapatnya. Hasi belajar yang diharapkan agar anggota kelompok belajar menghargai pendapat orang lain, menumbuhkan rasa percaya pada diri sendiri dalam mengembangkan ide-ide yang ditemukannya yang dianggap benar.

j.        Fish Bowl
Diskusi ini dipimpin oleh satu orang yang mengetahui sebuah diskusi dan tujuan diskusi ini adalah untuk mengambil suatu kesimpulan. Dalam diskusi ini tempat duduk diatur setengah lingkaran dengan dua atau tiga kursi kosong menghadap kepeseta diskusi. Kelompok pendengar duduk mengelilingi kelompok diskusi,
seolah-olah melihat ikan yang berada dalam mangkok (fish bowl).[6]

C.    Tujuan Penggunaan Metode Diskusi
Dalam kehidupan sehari-hari manusia seringkali dihadapkan pada persoalan-persoalan yang tidak dapat dipecahkan hanya dengan satu jawaban atau satu cara saja, tetapi perlu menggunakan banyak pengetahuan dan macam-macam cara pemecahan dan mencari jalan yang terbaik.
Tambahan pula banyak masalah di dunia dewasa ini yang memerlukan pembahasan oleh lebih satu orang saja, yakni masalah-masalah yang memerlukan kerjasama dan musyawarah. Dan apabila demikian maka musyawarah atau diskusilah yang memberikan kemungkinan pemecahan yang terbaik.
Adapun tujuan penggunaan metode diskusi adalah:
a.       Berpikir secara demokratis.
b.      Pemecahan masalah secara demokratis.
c.       Partisipasi peserta didik.

D.    Manfaat Metode Diskusi
Diskusi kelompok/kelas dapat memberikan sumbangan yang berharga terhadap belajar siswa, antara lain:
a.       Membantu siswa untuk tiba kepada pengambilan keputusan yang lebih baik daripada memutuskan sendiri.
b.      Siswa tidak terjebak kepada jalan pemikiran sendiri yang kadang-kadang salah, penuh prasangka dan sempit.
c.       Diskusi kelompok/kelas memberi motifasi terhadap berfikir dan meningkatkan perhatian kelas terhadap apa yang sedang mereka pelajari.
d.      Diskusi juga membantu mengerahkan atau mendekatkan hubungan antara kegiatan kelas dengan tingkat perhatian dan derajat pengertian dari pada anggota kelas.
e.       Untuk mencari suatu keputusan suatu masalah.
f.       Untuk menimbulkan kesanggupan pada siswa dalam merumuskan pikirannya secara teratur sehingga dapat diterima orang lain.
g.      Untuk membiasakan siswa mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya sendiri, dan membiasakan sikap toleran.[7]
Apabila dilaksanakan dengan cermat maka diskusi merupakan cara belajar yang menyenangkan dan merangsang pengalaman, karena dapat merupakan pelepasan ide-ide, uneg-uneg dan pendalaman wawasan mengenai sesuatu sehingga dapat pula mengurangi ketegangan-ketegangan batin dan mendatangkan keputusan dalam mengembangkan kebersamaan kelompok sosial.

E.     Kelebihan dan Kekurangan Metode Diskusi
a.      Kelebihan metode diskusi.
-          Suasana kelas lebih hidup sebab siswa mengarahkan perhatian atau pikirannya kepada masalah yang sedang didiskusikan yaitu partispasi siswa dalam metode ini lebih baik.
-          Dapat menaikkan prestasi individu seperti: toleransi, demokrasi, berpikir kritis, sabar dansebagainya.
-          Kesimpulan hasil diskusi mudah dipahami siswa karena para siswa menikuti proses berpikir sebelum sampai kepada kesimpulan.
-          Para siswa dilatih belajar mematuhi peraturan-peraturan dan tata tertib dalam suatu masalah musyawarah sebagai latihan pada musyawarah yang sebenarnya.
-          Rasa sosial mereka dapat dikembangkan karena bisa saling membantu dalam memecahkan soal atau masalah dan mendorong rasa kesatuan.
-          Memperluas pandangan.
-          Memberi kemungkinan untuk saling mengemukakan pendapat.

b.      Kekurangan metode diskusi
-          Kemungkinan ada siswa yang tidak ikut aktif, sehingga bagi anak-anak ini, diskusi merupakan kesempatan untuk melepaskan diri dari tanggung jawab.
-          Sulit menduga hasil yang dicapai karena waktu yang digunakan untuk diskusi cukup panjang.
-          Kadang-kadang terjadi adanya pandangan dari berbagai sudut bagi masalah yang dipecahkan, bahkan mungkin pembicaraan menjadi penyimpangan, sehingga memerlukan waktu yang panjang.
-          Dalam diskusi menghendaki pembuktian yang logis.
-          Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar.
-          Peserta mendapat informasi yang terbatas.
-          Dalam peleksanaan diskusi mungkin dikuasai oleh orangorang suka berbicara.
-          Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal.[8]

F.     Aplikasi Metode Diskusi
Pada dasarnya metode diskusi diaplikasikan untuk :
-          Mendorong siswa berpikir kritis.
-          Mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas.
-          Mendorong siswa mengembangkan pikirannya untuk memecahkan masalah bersama.
-          Mengambil satu alternatif jawaban/beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan yang seksama.
-          Membiasakan siswa suka mendengar pendapat orang lain sekalipu berbeda dengan pendapatnya sendiri. Membiasakan bersikap toleran.[9]
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa sesungguhnya aplikasi metode diskusi mempunyai sisi positif dan sisi negatif.

a.       Sisi positif
-          Suasana belajar mengajar di kelas akan berkembang.
-          Memberikan pelajaran bersikap toleran, demokrat, kritis dan berfikir sistematis kepada siswa.
-          Kesimpulan-kesimpulan dari masalah yang sedang didiskusikan dapat secara mudah diingat siswa.
-          Memberikan pengalaman kepada siswa tentang etika bermusyawarah.

b.      Sisi negative
-          Jalannya diskusi akan lebih sering didominasi oleh siswa yang pandai.
-          Jalannya diskusi sering dipengaruhi oleh pembicaraan yang menyimpang dari topik pembahasan masalah, sehingga pembahasan melebar kemana-mana.
-          Diskusi biasanya lebih banyak memboroskan waktu, sehingga tidak sejalan dengan prinsip efisiensi.

Mengingat adanya kelemahan-kelemahan di atas, maka Guru yang berkehendak menggunakan metode diskusi sebaiknya mempersiapkan segala sesuatunya dengan rapi dan sistematis terlebi dahulu. Dan dalam hal ini, peran seorang Guru sebagai encourager yang memberi encouragement (dorongan semangat dan membesarkan hati) sangat diperlukan, terutama oleh siswa yang tergolong kurang aktif atau pendiam.

G.    ANALISIS PENELITIAN
      Dari penelitian yang telah dilakukan tentang penerapan metode diskusi dalam meningkatkan motivasi belajar siswa, dari 3 siklus yang dilakukan dan setiap siklusnya mengalami peningkatan pemahaman siswa serta dapat memotivasi siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran, meskipun pada siklus pertama siswa masih agak malu-malu dalam mengeluarkan pendapat.
        Penggunaan metode diskusi dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di MTsN 1 Banda Aceh ternyata sangat meningkatkan motivasi belajar siswa khususnya siswa kelas VIIIA, hal ini bisa dilihat dari meningkatnya semangat belajar siswa dari yang sebelum dan sesudah melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi. Respon yang diberikan siswa selama proses pembelajaran pendidikan agama Islam sangat semangat dan antusias. Hal ini terbukti dengan meningkatnya antusiasme siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Meningkatnya semangat dan antusiasme siswa tersebut mulai dari menunjukkan bahwa respon siswa terhadap penggunaan metode diskusi sangat maksimal.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
      Metode diskusi adalah salah satu alternative, metode/cara yang dapat dipakai oleh seorang guru di kelas dengan tujuan dapat memecahkan suatu masalah berdasarkan pendapat siswa.
      Adapun tujuan penggunaan metode diskusi adalah untuk berpikir secara demokratis. Pemecahan masalah secara demokratis. Partisipasi peserta didik dalam proses pembelajaran serta membimbing peserta didik untuk  saling menghormati dan menerima pendapat orang lain.
      Metode diskusi merupakan salah satu metode yang berhasil dalam memotivasi  belajar siswa sehingga siswa antusias dan ikut berpartisipasi dalam proses pembelajaran.
     







        [1] Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan (Jakarta Pusat: PT. Gemawindu Pancaperkasa, 2000), hlm. 29
        [2] Armai Arief, Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam,  (Jakarta: PT. Intermasa, 2002), hal. 40
        [3] Armai Arief, Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam …,hal.145
        [4] Muhaimin, dkk. Strategi Belajar Mengajar (Surabaya: CV. Citra Media, 1996), hlm. 83-84
        [5] Abu Ahmadi, Metode Khusus Pendidikan Agama Islam (Jakarta : PT. Bima Aksara, 1986), hlm. 114
      [6] Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1986),
hlm. 20-23
        [7] Zuhairini, dkk., Metode Khusus Pendidikan Agama (Solo: Ramadhan, 1983), hlm. 89-90
        [8] Zuhairini, dkk, Metode Khusus Pendidikan Agama…, 90-91
        [9] Zuhairini, dkk., Metode Khusus Pendidikan Agama…, 103

Tidak ada komentar:

Posting Komentar