BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk yang di
beri kewajiban oleh Allah SWT berupa mencari dan mengumpulkan ilmu untuk bekal
kehidupan di dunia dan akhirat. Dalam hal mencari ilmu Allah tidak hanya
mengharuskan Manusia untuk mencari ilmu akhirat saja. Tetapi Allah SWT juga
memerintahkan hambanya untuk mencari bekal kehidupan dunia yang semuanya akan
di peroleh dengan ilmu pula sehingga hasil yang diperoleh juga bisa bedampak
ukhrawi.
Pendidikan agama Islam salah satu bahagian dari
pendidikan nasional di indonesia, yang bertujuan membina dan meningkatkan
kualitas pengamalan ajaran agama di kalangan masyarakat sebagai upaya
pembangunan manusia seutuhnya. Secara lebih khusus pendidikan agama Islam
merupakan salah satu masalah yang tidak dapat dipisahkan dari kelangsungan hidup
seseorang, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh karena
itu, secara formal sekolah telah diberi tugas dan wewenang sesuai dengan peraturan
yang berlaku untuk melaksanakan pendidikan tersebut sesuai dengan jenjangnya.
Hal ini dimaksudkan
untuk meningkatkan pemahaman, penghayatan dan sekaligus pengalaman nilai-nilai
agama di kalangan siswa. Guru merupakan pemegang tanggung jawab terhadap
kelangsungan dan kelancaran pelaksanaan pendidikan. Guru tidak hanya berfungsi
sebagai pendidik dan pengajar yang mentransfer ilmu pengetahuan kepada anak
didik, tetapi juga dituntut untuk mampu memberi contoh teladan yang baik dalam
segala segi kehidupan yang baik.
B. Rumusam
Masalah
1.
Apa pengertian metode keteladanan (uswatun hasanah)?
2.
Apa urgensi metode keteladanan (uswatun hasanah)?
3.
Apa kelebihan dan kekurangan metode keteladanan
(uswatun hasanah)?
C. Tujuan
Masalah
1.
Untuk
mengetahui tentang pengertian metode
keteladanan (uswatun hasanah).
2.
Untuk mengetahui urgensi metode keteladanan (uswatun
hasanah).
3.
Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan metode
keteladanan (uswatun hasanah).
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Metode Keteladanan
Pengertian Uswatun Hasanah, Secara terminologi, kata
al-uswah berarti orang yang ditiru, bentuk jamaknya adalah usan.
Sedangkan hasanah berarti baik. Dengan demikian uswatun hasanah adalah
contoh yang baik, kebaikan yang ditiru, contoh indentifikasi, suri tauladan
atau keteladanan. Jadi dapat kita pahami bahwa,
teladan adalah suatuhal yang baik. Sementara keteladanan adalah suatu sifat
yang baik yang harus kita ikuti dan kita contoh.[1]
Sebagimana dalam Al-qur’an surat Al-Ahzab ayat 21:
لقد كان لكم
في رسو ل الله اسوة حسنة . .
Artinya: “Sesungguhnya
telah ada pada diri Rasulullah suri tauladan yang baik bagimu . . .”(Q.S.
Al-Ahzab ayat:21)
Muhammad Quthb, misalnya
mengisyaratkan bahwa di dalam diri Nabi Muhammad saw, Allah SWT menyusun suatu
bentuk sempurna metode Islam, suatu bentuk yang hidup dan abadi sepanjang
sejarah masih berlangsung. Metode ini dianggap sangat penting karena aspek
agama yang terpenting adalah akhlak yang termasuk dalam kawasan afektif yang
terwujud dalam tingkah laku.
Mendidik dengan contoh (keteladanan)
adalah satu metode pembelajaran yang dianggap besar pengaruhnya. Segala yang
dicontohkan oleh Rasulullah saw. dalam kehidupannya, merupakan cerminan
kandungan Al-qur’an secara utuh, sebagaimana firman Allah SWT yang telah
disebutkan di atas.
Al-Baidhawi
memberi makna uswatun hasanah pada ayat di atas adalah perbuatan baik yang
dapat dicontoh. Dengan demikian, keteladanan menjadi penting dalam pendidikan,
keteladanan akan menjadi metode yang ampuh dalam membina perkembangan anak
didik. Keteladanan sempurna, adalah keteladanan Rasulullah SAW, yang dapat
menjadi acuan bagi pendidik sebagai teladan utama, sehingga diharapkan anak
didik mempunyai figur pendidik yang dapat dijadikan panutan.
B.
Bentuk-bentuk
Keteladanan
a. Keteladanan
disengaja
Keteladanan disengaja adalah keteladanan yang
berlangsung dipraktekkan oleh pendidik baik melalui perkataan maupun perbuatan
yang dapat dijadikan contoh oleh peserta didik. Perkataan pendidik harus sopan
dan menggunakan bahasa yang baik, sedangkan perbuatan pendidik harus mencerminkan
bahwa pendidik itu memiliki sikap yang baik. Di bawah ini akan dijelaskan
secara rinci bentuk-bentuk keteladanan :
1. Peserta
didik berjabat tangan dengan pendidik sebelum dan sesudah pelaksanaan proses
belajar mengajar.[2]
Bentuk
keteladanan disengaja yang dirancang oleh pendidik cukup bagus. Peserta didik
dibiasakan untuk berjabat tangan dengan pendidik sebelum dan sesudah proses
belajar mengajar. Dengan cara ini pendidik berharap, peserta didik akan
terbiasa melakukan hal-hal yang baik dan terbiasa untuk menghormati orang yang
lebih tua darinya.
Kebiasaan
tersebut mudah-mudahan akan selalu tertanam pada diri peserta didik baik di
lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah. Memberi tahu cara
langsung kepada peserta didik agar tidak melakukan perbuatan yang melanggar
norma-norma kesusilaan.
Pendidik
bisa memberi tahu secara langsung kepada peserta didik agar tidak melakukan
perbuatan yang melanggar norma-norma kesusilaan. Dengan materi sebagai
perantara dalam pentransferan norma-norma kesusilaan. Bisa juga melalui kondisi
yang diciptakan oleh peserta didik, misalnya ada salah satu peserta didik yang
mencontek dan kejadian itu diketahui oleh pendidik, pada saat itulah pendidik
bisa memanfaatkan peristiwa tersebut, dengan menasihati peserta didik yang lain
bahwa mencontek itu adalah perbuatan yang tidak baik dan tidak patut untuk
ditiru.
2. Menggunakan
bahasa yang baik dan sopan.
Bahasa
adalah media perantara yang dapat mempererat hubungan seorang dengan orang
lain. Oleh karena itu setiap orang harus mempunyai bahasa yang baik dan sopan.
Jika tidak ada akan banyak masalah yang akan timbul karena penggunaan bahasa
yang tidak baik.
Jadi seorang
guru itu harus menggunakan bahasa yang baik dan sopan terhadap murid, karena
hal itu akan berpengaruh terhadap akhlak muridnya. Peserta didik akan terbiasa
berbicara dengan bahasa yang baik dan sopan karena melihat pendidiknya selalu
menggunakan bahasa yang sopan pula.
Penggunaan
bahasa yang baik dan tidak baik, akan meperlihatkan wajah asli dari seorang
pendidik. Dari cara berbicara, orang juga akan mudah menebak sifat yang
dimiliki oleh orang tersebut. Begitu juga dengan seorang pendidik. Apabila dia
memiliki bahasa yang baik dan sopan, pendidik itu pasti akan dengan mudah
mentransfer nilai-nilai kesusilaan pada peserta didik, sedangkan pendidik yang
tidak menggunakan bahasa yang baik dan sopan, di samping sulit mentransfer
nilai-nilai kesusilaan, juga tidak patut dijadikan sebagai seorang pendidik.[3]
3. Memberikan
nasihat agar peserta didik selalu menghormati orang yang lebih tua.
Orang yang
lebih muda diwajibkan menghormati orang yang lebih tua, sedangkan orang yang
lebih tua diwajibkan untuk menyayangi yang lebih muda. Murid juga harus saling
menyayangi antar teman yang lain. Tidak boleh bertengkar dan saling memojokkan
antar teman satu dengan teman yang lain.
Prinsip orang
sekarang, seorang guru itu harus lebih bisa memahami muridnya, dengan cara
menganggap peserta didik sebagai teman, agar proses pembelajaran berjalan
dengan lancar. Ada segi positif dan negatif yang dapat diambil. Segi
positifnya, akan tercipta hubungan yang harmonis antara guru dan murid. Segi
negatifnya, tidak menutup kemungkinan peserta didik semakin tidak baik terhadap
pendidik.
b. Keteladanan
tidak disengaja
Keteladanan
tidak disengaja adalah keteladanan yang tidak direncanakan terlebih dahulu dan
keteladanan ini tidak dibuat-buat oleh guru. Keteladanan tidak disengaja memang
benar-benar berasal dari dalam diri murid. Hal ini sangat penting, agar peserta
didik memang memiliki panutan yang tepat.
Jadi, guru
itu harus memiliki sifat, sikap dan perilaku yang baik. Sifat yang dimiliki
oleh guru harus bisa dijadikan contoh oleh para peserta didik. Guru juga harus
bersikap dan berperilaku mawas diri. Berhati-hati dalam bersikap.
Keteladanan tidak disengaja tergantung pada kualitas
yang dimiliki oleh murid. Guru tersebut memiliki kualitas keilmuan yang baik,
berwibawa, dan memiliki akhlak yang baik. Akan berdampak positif bagi murid dan
patut dijadikan contoh oleh para murid.
C. Faktor Pendukung Pelaksanaan Metode Keteladanan
1. Orang Tua
Faktor
pendukung pelaksanaan metode keteladanan, salah satunya adalah orang tua. Orang
tua berperan aktif dalam pembentukan watak anak yang berakhlak mulia. Bahwa
setiap bayi yang lahir ke dunia ini tergantung pada orang tuanya. Orang tuanya
yang menjadikan bayi itu sebagai Yahudi atau Nasrani, atau Majusi. Karena bayi
itu lahir dalam keadaan suci. Bayi itu dilahirkan bagaikan papan kosong yang
akan meniru apa yang akan ditanamkan oleh kedua orang tuanya.[4]
Keteladanan
tidak berhenti pada areal tanggung jawab orang tua pada anak. Keteladanan
adalah sebuah keharusan maka orang tua harus menjadi teladan yang baik bagi
anaknya. Tanggung jawab pendidikan yang perlu dibina oleh kedua orang tua
terhadap anak antara lain:
a)
Memelihara dan membesarkannya
b)
Melindungi dan menjamin
kesehatannya, baik secara jasmaniah maupun rohaniah dari berbagai gangguan
penyakit atau bahaya lingkungan yang dapat membahayakan dirinya, mendidiknya
dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi hidupnya.
c)
Membahagiakan anak dunia dan akhirat
dengan memberinya pendidikan agama sesuai dengan ketentuan Allah SWT sebagai
tujuan akhir hidup muslim.
Orang tua
dituntut lebih hati-hati dalam memberikan contoh pada anaknya. Kesalahan dalam membentuk
karakter anak tanpa sengaja dapat terjadi karena keteladanan yang buruk.
Akibatnya bisa fatal, yaitu membentuk karakter yang rusak. Memang banyak tips
dan cara untuk mendidik anak, ada yang dengan metode A dan ada yang menyarankan
dengan metode B. Namun, dari setiap metode-metode yang ada, metode keteladanan
adalah metode yang jitu dalam pendidikan anak-anak di keluarga. Di bawah ini
akan dibahas fakta tentang pendidikan di rumah, dan bagaimana orang tua agar
mampu menjadi tauladan yang baik untuk anak.
Pertama,
cara mendidik anak di dalam rumah. Banyak orang tua yang beranggapan bahwa
pendidikan itu akan terbentuk hanya di sekolah-sekolah. Jadi tidaklah perlu
orang tua mengarahkan anak-anaknya di rumah. Bahkan ada sebagian orang tua yang
tidak tahu tujuan dalam mendidik anak. Perlu dihadapi, bahwasanya pendidikan di
rumah yang meskipun sering disebut sebagai pendidikan informal, bukan berarti
bisa diabaikan begitu saja. Orang tua harus memahami bahwa keluarga merupakan
institusi pendidikan yang tidak kalah pentingnya dibandingkan institusi
pendidikan formal. Ini bisa dimengerti karena keluarga merupakan sekolah paling
awal bagi anak. Di keluargalah seorang anak pertama kali mendapatkan
pengetahuan, pengajaran dan pendidikan.[5]
Keteladanan
dalam dunia pendidikan adalah sangat penting, apalagi sebagai orang tua yang
diamanahi Allah berupa anak-anak untuk mereka asuh dengan baik, maka orang tua
harus menjadi teladan yang baik untuk anak-anaknya. Orang tua harus bisa
menjadi figur yang ideal bagi anak-anak, menjadi panutan yang bisa mereka
andalkan dalam mengarungi kehidupan ini.
Kedua, untuk
mampu menjadi uswatun hasanah. Syarat utama adalah kita sebagai
orang tua harus tahu Islam secara menyeluruh, bagi yang belum tahu Islam tidak
ada kata terlambat, belajar Islam menjadi prioritas agar kita menjadi uswah yang
ideal untuk anak-anak. Islam adalah landasan yang ideal untuk membentuk suatu
kepribadian, karena Islam adalah aturan yang menyeluruh bagaimana manusia hidup
di dunia ini.
2. Pendidik
Pendidikan
akhlak itu tidak sepenuhnya di bebankan pada guru yang mengampu mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam saja, tapi semua pendidik harus turut serta dalam pendidikan
akhlak tersebut, kalau tidak begitu pentrasferan nilai-nilai kesusilaan tidak
akan berjalan secara maksimal.[6]
3. Materi
(bahan ajar)
Faktor
pendukung pelaksanaan metode keteladanan dalam proses belajar mengajar adalah
materi. Pendidik yakin melalui materi, pendidikan akhlak dapat diberikan kepada
peserta didik. Banyak sekali materi yang berhubungan dengan keteladanan,
diantaranya materi tentang toleransi, kisah nabi, kedisiplinan dan sebagainya.
Melalui materi yang diajarkan tersebut peserta didik menjadi paham akan hal-hal
yang baik itu seperti apa, perbuatan yang tercela itu tidak patut untuk ditiru,
bagaimana bersikap, dan lain-lain.
Penyampaian
keteladanan melalui materi adalah cara yang mudah diserap oleh peserta didik.
Apalagi, penyampaiannya dibuat sangat menarik, bisa ditambahkan nyanyian dan
dongeng-dongeng yang sangat menarik, bisa ditambahkan nyanyian dan
dongeng-dongeng yang sarat akan keteladanan, jika peserta didik masih
anak-anak, atau bisa juga dengan permainan yang mendidik peserta didik akan
sangat menikmati proses pembelajaran, tidak merasa tegang, tapi nilai-nilai
kesusilaan dapat benar-benar tertanam dalam benak peserta didik.
Materi tentang keteladanan, sebaiknya diperbanyak pada
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dan pada mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), sebagai tonggak dasar pendidikan akhlak.
Jadi, tidak hanya pelajaran yang hanya mengedepankan kecerdasan otak saja yang
selalu di tambah jam pelajarannya, tapi juga pelajaran yang mengedepankan
akhlak, yang akhirnya akan membentuk manusia yang bermoral dan memiliki otak
yang cerdas.
D. Kelebihan dan kekurangan metode keteladanan (Uswatun Hasanah)
Metode keteladanan juga
memiliki kekurangan dan kelebihan sendiri, sebagaimana lazimnya
metode-metode lainnya. Secara sederhana berkaitan dengan penerapannya dalam
proses mengajar kelebihan dan kekurangan metode keteladanan dapat dijelaskan
yaitu sebagai berikut:
1. Kelebihan
Metode Keteladanan
a. Metode
keteladanan akan memberikan kemudahan kepada guru dalam proses belajar
mengajar.
b. Bila
keteladanan di lingkungan keluarga, lembaga pendidikan atau sekolah dan
masyarakat baik, maka akan tercipta situasi yang baik.
c. Metode keteladanan dapat menciptakan hubungan harmonis antara guru dengan murid.
d. Dengan metode keteladanan tujuan guru yang ingin dicapai menjadi
lebih terarah dan tercapai dengan baik.
e. Dengan metode keteladanan guru secara
tidak langsung dapat mengimplementasikan ilmu yang diajarkannya.
f. Metode keteladanan juga mendorong guru untuk senantiasa berbuat baik
karena menyadari dirinya akan dicontoh oleh muridnya.[7][5]
Dari kelebihan-kelebihan yang
telah disebutkan di atas dapat dikatakan bahwa metode keteladanan memiliki
peranan yang sangat signifikan dalam upaya mengajar, dimana selain diajarkan secara teoritis murid juga
bisa melihat secara langsung bagaimana praktik atau pengamalan dari gurunya yang kemudian bisa dijadikan teladan atau contoh dalam berprilaku dan
mengamalkan atau mengaplikasikan materi pembelajaran yang telah dia pelajari selama
proses pembelajaran berlangsung.
2. Kekurangan Metode
Keteladanan
Dalam menerapkan suatu metode, disamping kita dapat
mengalami kelebihan juga terdapat kekurangan-kekurangan dalam roses
pembelajaran dengan penerapan suatu metode. diantaranya yaitu sebagai berikut:
a. Jika dalam
proses mengajar figur yang diteladani dalam hal ini guru tidak baik, maka murid
cenderung mengikuti hal-hal yang tidak baik tersebut pula.
b. Jika dalam proses
pembelajaran hanya memberikan teori tanpa diikuti dengan implementasi maka
tujuan yang akan dicapai akan sulit
terarahkan.
Dari serangkaian kelebihan dan kelemahan yang telah
dijelaskan di atas dapat dikatakan bahwa, metode keteladanan dalam mengajar
merupakan metode yang mempunyai pengaruh dan terbukti bisa dikatakan efektif
dengan berbagai kelebihannya, meskipun juga tidak terlepas dari kekurangan,
dalam mempersiapkan dan membentuk aspek moral, spiritual dan etos sosial. Hal ini karena guru adalah figur terbaik dalam pandangan murid, yang tindak-tanduk dan sopan santunnya disadari atau tidak, akan ditiru
atau diteladani oleh muridnya.
Jadi dari kelebihan dan kekurangan diatas dapat
terlihat betapa sentralnya peranan guru dalam hal ini merupakan sosok
kunci yang akan memberikan teladan kepada murid, dan
juga sosok yang akan dijadikan model atau teladan oleh murid, jadi dalam hal ini sukses atau tidaknya metode
keteladalan dalam suatu pembelajaran sangat tergantung pada sosok guru yang diteladani. Oleh karena itu, keteladanan yang baik adalah salah
satu metode yang bisa diterapkan untuk merealisasikan tujuan pembelajaran. Hal ini karena keteladanan memiliki peranan yang
sangat signifikan dalam upaya mencapai keberhasilan proses pembelajaran, dan juga dapat memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap nilai-nilai
pendidikan Islam terutama pendidikan ibadah dan pendidikan
akhlak.
E. Analisis Hasil Penerapan Metode Keteladanan (Uswatun Hasanah) di SMAN 1 Manggeng
Metode Keteladanan merupakan
salah satu metode pendidikan Islam yang selalu di gunakan dalam proses belajar
mengajar, baik dalam pendidikan formal maupun non formal baik secara langsung
maupun tidak langsung. Seperti kita ketahui bahwa, guru adalah seorang pendidik
dan tempat cerminan dari murid. Jadi metode keteladanan ini tepat digunakan
untuk semua materi pelajaran dan juga semua jurusan.
Sesuai dengan yang penulis
dapatkan di lapangan melalui pengalaman lapangan, hasil penerapan metode
keteladanan ini ±65% yang mau mengikuti keteladan dari apa yang diperoleh murid
dan dapat dipahami secara pemahaman dan juga dukungan dari pendidikan
keluarganya, sementara yang lainnya bertolak belakang dengan apa yang di
terapkan dengan mengemukakan alasan-alasan tertentu sehingga siswa tidak
mengikuti apa yang di terapkan oleh guru pada siswa antara lain:
1.
Kedisiplinan
masuk kelas
2.
Tata
kerama dalam kelas
-
Antara
murid dengan murid
-
Antara
murid dengan guru
3.
Interaksi
antara guru dan murid dalam lingkungan sekolah
4.
Kejujuran
Kesimpulan
dari hasil analisis penulis dilapangan dapat kita simpulkan bahwa, keberhasilan
penerapan metode keteladanan ini sangat tergantung pada kepribadian guru dalam
mendidik, melatih murid-muridnya, baik dalam waktu proses belajar mengajar di
kelas, maupun dalam lingkungan sekolahnya saat jam istirahat. Secara tidak
langsung pendidikan murid yang diaplikasikan dalam sehari-hari dapat
menggambarkan sikap dari dari seorang pendidiknya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari pembahasan permasalahan dapat kita
simpulkan bahwa, metode keteladanan selalu digunakan dalam proses belajar mengajar
oleh setiap guru yang mengajar. Jadi menggunakan konsep keteladanan ini bukan
hanya guru pendidikan agama Islam saja, karena setiap guru yang mengajar tetap
menjadi panutan terhadap siswa, baik maupun buruk.
Dalam
menciptakan generasi yang baik, kita terlebih dahulu mencipakan guru yang baik
supaya dapat mendidik dan mengajar dengan baik dan sesuai dengan apa yang di
ajarkan dalam materi pembelajaran. Hal ini sesuai dengan uraian pada bab
pembahasan, dimana untuk menetapkan metode keteladanan harus ada tiga faktor
pendukungnya yaitu:
1.
Orang tua
2.
Pendidik
3.
Materi
(bahan ajar)
B. Saran-saran
Demikianlah
makalah ini, semoga menjadi bahan yang bermanfaat serta dapat menjadi bahan
pelajaran bagi kita semua. Untuk lebih memahami semua materi tentang konsep keteladanan,
disarankan para pembaca mencari referensi lain yang berkaitan dengan materi
makalah ini. Penulis juga menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran demi kesempurnaan makalah
ini.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul kadir munsy, Metode Diskusi Dalam Dakwah,Surabaya:
AL-Ikhlas, 198.
An Nahlawi
Abdurraman, Pinsip-prinsip dan Metoda Pendidikan
Islam dalam Keluarga, Sekolah, dan
Masyarakat, Bandung: Diponegoro, 1996.
Mamayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam,
Jakarta: Kalam Mulia, 2005.
Uhbiyati Nur,
Ilmu Pendidikan Islam, Bandung:
Pustaka Setia, 1999.
Zakiah Daradjat, Metodik
Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2004.
[1] Mamayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam,
(Jakarta: Kalam Mulia, 2005), hal. 291.
[2] Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal, 295.
[3] Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran . . .hal. 297.
[4] An Nahlawi Abdurraman, Pinsip-prinsip dan Metoda Pendidikan Islam
dalam Keluarga, Sekolah, dan Masyarakat, (Bandung: Diponegoro, 1996), hal.
97.
[5] Uhbiyati
Nur, Ilmu Pendidikan Islam (Bandung:
Pustaka Setia, 1999), hal. 123.
[6] An Nahlawi Abdurraman, Pinsip-prinsip dan Metoda Pendidikan Islam
dalam Keluarga . . .hal. 101.
[7] Abdul kadir munsy, Metode Diskusi Dalam Dakwah,(Surabaya: AL-Ikhlas, 1981), hal. 144.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar