DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR.........................................................................................
i
DAFTAR
ISI....................................................................................................... ii
BAB
I
: PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah................................................................. 1
BAB
II : PERKEMBANGAN, PEMIKIRAN ISLAM PADA
MASA PERTENGAHAN DAN MODERN
A.
Periode
Pertengahan (1250-1500 M)............................................ 2
B.
Masa
Tiga Kerajaan Besar (1500-1800M).................................... 6
C. Perkembangan
dan Pemikiran Islam Periode
Abad
Modern (1800M)................................................................. 14
BAB III : PENUTUP
A.
Kesimpulan
................................................................................. 15
B. Saran............................................................................................ 15
DAFTAR
PUSTAKA.......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang Masalah
Dengan mengkaji dan mempelajari
matakuliah Sejarah Peradaban Islam dan khususnya pada materi Peradaba,
pemikiran Islam pada Periode Pertengahan
dan Modern agar, dapat memahami dan mengetahui tetang sejarah dan bagaimana
para tokoh Islam mempertahankan Islam, baik dari kebudayan, ekonomi, keagamaan
dan lain sebagainya sehingga kita bisa mengetahui serta dapat mengkaji kembali
serta ada kaitannya dengan yang kita lakukan dan kita pelajari pada zaman
sekarang ini. Sementara untuk pribadi saya sendiri dapat termotivasi dalam
membaca buku-buku yang berhubungan dengan sejara-sejarah tetang Islam.
BAB II
PERKEMBANGAN, PEMIKIRAN ISLAM PADA MASA
PERIODE PERTENGAHAN DAN
MODERN
A. Periode
Pertengahan (1250-1500 M)
Periode
pertengahan mulai dari tahun 1250-1500 M, periode ini dapat dibagi kedalam dua
masa, yaitu masa kemunduran I dan masa tiga kerajaan besar yaitu: Kerajaan
Usmani di Turki, Kerajaan Safawi di Persia, dan Kerajaan Mughal di India.
1.
Perkembangan
dan Pemikiran Islam Pada Masa Periode Pertengahan
Pada
masa periode pertengahan ini perkembangan Islam mengalami dua fase yaitu: fase
kemajuan dan fase kemunduran. Fase kemajuan ini berlangsung pada tahun 650-1250
M, pada saat itu kekuasan Islampun semangkin meluas, sehingga ilmu dan sain
semangkin mengalami kemajuan antar wilayah. Periode pertengehan ini dibagi ke dalam
dua masa, yaitu masa kemunduran I dan masa tiga kerajaan besar.
Pada
masa kemunduran I ini datanglah sebuah keturunan Jengis Khan yang berasal dari
Mongolia dengan tujuan untuk menghancurkan dunia Islam. Setelah menduduki peking
pada tahun 1212 M, mereka mengalihkan serangan-serangannya kearah barat satu
demi satu kerajaan Islam jatuh ketangannya. Kemudian Transoxania dan Khawaizm
juga dikalahkan sekitar pada tahun 1219/1220 dan beberapa kerajaan yang lain
juga dikuasai oleh keturunan Jengis Khan sampai ke Eropa dan Rusia.[1]
Setelah
pasukan mughal yang dipimpin oleh Hulagu Khan berhasil, sehingga membumi
hanguskan baghdad yang merupakan pusat kebudayan dan peradaban Islam yang kaya
dengan ilmu pengetahuan, hal ini terjadi pada tahun 1258M. Pada saat itu di
bawah pimpinan khalifah Al-Mu’thasim, penguasa terakhir bani Abbas di baghdad.
Setelah baghdad dikuasai oleh Hulagu yang beragama Syamanism umat Islam kekuatan
politiknya mengalami kemunduran yang luarbiasa, sehingga wilayah kekuasannya
terpecah-pecah dan tidak bisa bersatu dan yang lainya saling memerangi.
Kemudian peninggalan-peninggalan budaya dan peadaban Islam hancur, serta
ditambahkan lagi dengan kehancurannya setelah diserangi oleh pasukan yang
dipimpin oleh Timur Lenk sampai pertengahan abad ke-15.[2]
Keadaan perkembangan Islam secara
keseluruhan baru mulai maju kembali setelah adanya berkembang tiga kerajaan
besar yaitu, kerajaan Usmani di Turki, kerajaan Mughal di India dan juga
kerajaan Safawi di Persia.
B. Masa
Tiga Kerajaan Besar (1500-1800M)
Menurut
Harun Nasution terdapat tiga kerajaan besar yang muncul dalam kurun waktu
1500-1800 M, dan masing-masing mempunyai masa kemajuan dan kejayaannya terutama
dalam bentuk literatur dan arsitek. Masa tiga kerajaan besar yaitu: Usmani,
Mughal dan Safawi. Kerajaan usmani disamping yang pertama berdiri, juga yang
terbersar dan paling lama bertahan dibandingkan dengan dua kerajan lainnya. Ketiga kerajaaan ini dapat dibagi ke dalam dua
fase yaitu fase kemajuan dan fase kemundurannya.
1. Fase kemajuan Tiga Kerajaan Besar (150-1700
M)
Fase kemajuan ini merupakan kemajuan
Islam kali yang ke II. Tiga kerajaan besar yang dimaksud disini adalah kerajan
Usmani, Safawi dan Mughal.
1)
Kerajaan
Usmani di Turki
Kerajaan
Usmani yaitu di Turki. Salah seorang dari kerajaan Usmani yaitu Sultan Muhammad
Al-Fatih (1451-1481) dia dapat mengalahkan kerajaan Bizantium dengan menduduki
stambul pada tahun1453 M, dengan demikian ekspansi ke arah barat berjalan lebih
lancar dalam berbagai bidang.
-
Bidang
pemerintahan
Dalam
bidang pemerintahan, Pemimpin kerajaan Usmani pada masa-masa pertama adalah
orang-orang yang kuat, agar kerajaan dapat melakukan ekspansi dengan cepat dan
luas. Meskipun demikian kemajuan-kemajuan kerajaan Usmani dapat mencapai masa
keemasannya, bukanlah semata-mata karena keunggulan politik para pemimpinnya,
akan tetapi masih banyak juga faktor lain yang mendukung keberhasilan ekspansi
itu. Yang terpenting dalam hal pemerintahan mereka ada keberanian, kterampilan,
keteguhan dan kekuatan militernya yang sanggup bertempur kapan dan dimana saja.[3]
Keberhasilan ekspansi tersebut dibarengi
pula dengan terciptanya jaringan pemerintahan yang teratur, baik dalam
mengelola wilayah yang luas, maupun ketegasan dalam pengaturannya. Untuk
mengatur urusan pemerintahan negara, mereka menyususn sebuah kitab
undang-undang (kanun). Kitab tersebut diberi nama Multaqa al-abrhur yang menjadi pegangan hukum bagi kerajaan Turki
Usmani sampai datngnya reformasi.
-
Bidang
ilmu pengetahuan dan budaya
Kebudayaan
Turki Usmani merupakan perpaduan bermacam-macam kebudayaan, diantaranya adalah
kebudayaan persia, Bizantium, dan Arab. Dari kebudayaan Persia, mereka banyak mengambil
ajaran-ajaran tentang etika dan tata krama dalam istana raja-raja. Organisasi
pemerintahan dan kemeliteran banyak mereka serap dari Bizantium. Sedangkan
ajaran tentang pinsip-prinsip ekonomi, sosial dan kemasyarakatan, dan keilmuan
mereka terima dari bangsa Arab. Hal ini mungkin karena mereka masih miskin dengan
kebudayaan.[4]
Namun
demikian meraka banyak berkiprah dalam pengembangan seni arsitektur Islam
berupa bangunan-bangunan mesjid Al-Muhammadi atau mesjid jami’. Mesjid-mesjid
ini dihiasi pula dengan kaligrafi yang indah. Salah satunya mesjid yang
keindahan kaligrafinya sangat terkenal yang asalnya gereja dan diberi nama yaitu
Aya Sopia. Hiasan kaligrafi ini dijadikan sebagai penutup gambar-gambar
kristiani yang ada sebelumnya.
Pada masa sulaiman di kota-kota besar
dan kota-kota lainnyabanyak dibangun mesjid, sekolah, rumah sakit, gedung,
makam, jembatan saluran air dan sebaginya. Bangunan ini dibangun di bawah
koordinator Sinan.
-
Bidang
keagamaan
Agama
dalam tradisi masyarakat Turki Usmani mempunyai peranan besar dalam lapangan
sosial dan politik. Oleh karena itu ulama mempunyai tempat tersendiri dan
berperan besar dalam kerajaan dan masyarakat. Pada masa Turki Usmani tarekat
juga mengalami kemajuan. Tarekat yang paling berkembang adalah tarekat Bektasyi
dan tarekat Maulawi, disamping itu juga tentang kajian-kajian ilmu keagamaan,
seperti fiqh, ilmu kalam, tafsir, dan hadis.[5]
Jadi pemikiran penguasa mereka lebih cenderung
untuk menegakkan satu paham (mazhab) yang bersifat keagamaan dan menekan mazhab
lain. Akibat keluleluasan bidang ilmu keagamaan dan fanatik yang berlebihan,
maka ijtihad tidak berkembang. Ulama hanya suka menulis buku dalam bentuk
syarah (penjelasan) dan hasyiyah, terhadap karya-kaya masa klasik.
2)
Kerajaan
Safawi di Persia
Kerajaan
Safawi mulai muncul di Persia pada saat kerajaan Usmani sudah mencapai puncak
kejayaannya. Kerajaan Safawi masa perkembangannya sangat cepat, akan tetapi
sering mengalami kesalah pahaman dengan slam kerajaan Turki Usmani. Berbeda
dengan kerajaan Islam lainnya (Usmani dan Mughal), dalam hal pemikirannya
Safawi menyatakan Syi’ah sebagai mazhab negara.
Kerajaan
Safawi berasal dari sebuah gerakan tarekat yang berdiri di Ardabil. Tarekat ini
diberi nama Safawiyah, didiikan pada waktu yang hampir bersamaan dengan
berdirinya kerajaan Usmani. Nama Safawiyah diambil dari pendirinya, Safi
Al-Adin dan nama Safawi ini terus dipertahankan sanpai tarekat ini menjadi
gerakan politi, bahkan nama ini terus dilestarikan setelah gerakan gerakan ini
berhasil mendirikan kerajaan. Safi Al-Din berasal dari keturunan orang yang
berada dan memilih Sufi sebagai jalan hidupnya. Ia keturunan dari Syi’ah yang
keenam, Musa Al-Kazhim. Jadi dengan ketekunannya dalam kehidupan tasawuf, safi
Al-Din diambil menantu oleh gurunya.[6]
Pada
mulanya gerakan tasawuf Safawiyah betujuan memerangi orang-orang yang ingkar ,
kemudian memerangi orang-oang yang mereka sebut “ahli-ahli bidah”. Tarekat yang
dipimpin Safi Al-Din ini semakin penting, terutama setelah mereka mengubah
bentuk tarekat itu dari pengajian-pengajian tasawuf murni yang bersifat lokal
menjadi gerakan keagamaan yang besar pengaruhnya di Persia, Syiria dan
Anatolia.
Satu
ajaran agama yang dipegang secara fanatik biasanya kerap kali menimbulkan
keinginan di kalangan penganut ajaran itu untuk berkuasa. Karena itu, lama
kelamaan murid-murid tarekat Safawiyah berubah menjadi tentara yang teratur,
fanatik dalam kepercayaan, dan menentang setiap orang yang bermazhab selain
Syi’ah. Perluasan kegiatan ini menimbulakan anatara Juneid dengan penguasa Kara
Koyunlu salah satu suku bangsa Turki yang berkuasa diwilayah itu. Dalam konflik
tersebut Juneid kalah dan diasingkan kesuatu tempat. Di tempat ini ia mendapat
perlindungan dari penguasa Diyar Bark, Ak-Konyulu, yaitu juga satu bangsa
Turki.
Selama
dalam pengasingan juneid tidak hanya tinggal diam, dia malah dapat menghimpun
kekuatan untuk kemudian beraliansi secara politik dengan Uzun Hasan. Pada tahun
1459 M, Juneid mencoba merebut Ardabil tetapi gagl. Pada tahun 1460 M, ia
mencoba merebut Sircassia tetapi pasukan yang dipimpinya dihadang oleh tentara
Sirwan.
Juneid
sendiripun terbunuh dalam perperangan tersebut. Ketika itu anak Juneid, hidar
masih kecil dan dalam usahaan Uzun Hasan, karena itu kepemimpinan gerakan
Safawi baru bisa diserahkan kepadanya secara resmi pada tahun 1470M. Hubungan
Haida dengan Uzun Hasan semakin erat setelah Haidar mengawini salah seorang
putri Uzun Hasan. Dari perkawinan ini lahir Ismail yang kemudian hari menjadi
pendiri kerajaan Safawi di Persia.
Kepemimpinan
gerakan Safawi, selanjutnya berada di tangan Ismail yang saat itu masih berusia
tujuh tahun. Selama tujuh tahun bersama pasukannya bermarkas di Gilan, Ismail mempersiapkan
kekuatan dan mengadakan hubungan dengan para pengikutnya di Azerbaijan, Syria
dan Anatolia. Pasukan tersbut dinamai Qizilbash. Jadi di kota ini Ismail
memproklamasikan akan dirinya sebagai seorang raja pertama dinasti Safawi dan
ia juga disebut dengan Ismail I.
Ismail I ini berkuasa selama lebih kurang 23
tahun, yaitu antara 1501-1524 M. Pada 10 tahun pertama ia berhasil
memperluaskan wilayah kekuasaannya. Ia dapat menghancurkan sisa-sisa kekuatan
AK Koyunlu di Hamadan. Tidak sampai disitu ambisi politik mendorongnya untuk
terus mengembangkan sayapnya untuk
menguasai daerah-daerah lainnya. Seperti Turki Usmani. Namun Ismail bukan hanya
menghadapi musuh yang sangat kuat, tetapi juga sangat membenci golongan Syi’ah.
Pada
masa kerajaan Safawi di bawah kepemimpinan Ismail I terdapat 2 tahap perjuangan
yang dilaluinya. Pertama sebagai gerakan keagamaan (kultural) masih murni
dengan tarekat Syafawiyah, yang kedua sebagai gerakan politik (Struktural).
Perperangan dengan Turki Usmani terjadi pada tahun 1514 M di Chaldian. Karena
keunggulan organisasi militer Kerajaan Usmani, jadi dalam perperangan ini
Ismail mengalami kekalahan, malah Turki Usmani di bawah pimpinan Sutan Sulim
dapat menduduki Tabriz. Kerajaan Safawi terselamatkan dengan pulangnya Sultan
Usmani ke Turki karena terjadi perpecahan di kalangan militer Turki di
negeinya.
Kekalahan
tersebut meruntuhkan kebanggaan dan kepercayaan diri Ismail. Akibatnya,
kehidupan Ismail I berubah. Ia lebih senang menyendiri, menempuh kehidupan hura-hura
dan berburu. Dengan keadaan ini menimbulkan dampak yang negatif bagi kerajaan Safawi. Diantaranya yaitu terjadi persaingan segitiga
antara pimpinan suku-suku Turki, penjabat-penjabat keturunan Persia dan
Qizilbash dalam merebut pengaruh untuk memimpin kerajaan Safawi.[7]
Rasa permusuhan dengan keajaan Usmani terus berangsung sepeniggal Ismail,
perperangan antar du kerajaan besar Islam ini terjadi beberapa kali pada zaman
pemerintahan Tahmasp I (1524-1576 M), Ismail II (1576-1577 M) dan Muhammad Khudabanda
(1577-1587 M). Pada masa tiga raja tersebut kerajaan Safawi dalam keadaan
lemah. Disamping karena sering terjadi perperangan melawan kerajaan Usmani yang
lebih kuat, juga karena sering terjadi pertentangan antar kelompok-kelompok di
dalam negeri.
-
Tidak
menjaga dengan baik wilayah kekuasaan yang luas.
-
Penduduknya
sangat hiteroden, sehingga mengalami kendala dalam penyatuan.
-
Para
penguasanya sangat lemah dalam kepemimpinannya
-
Krisis
ekonomi
-
Dekadensi
moral yang tidak terkendali
-
Apatis
dan stagnasi dalam dunia iptek
-
Konflik
antar kerajaan Islam.
Kondisi yang memprihatinkan ini baru
bisa diatasi setelah raja Safawi kelima, Abbas I, naik tahta ia memerintah dari
tahun 1588 sampai dengan 1628 M. Langkah-langkah yang ditempuh abbas I dalam
rangka memulihkan kerajaan Safawi yang selama ini sangat tertindas: Pertama berusaha menghilangkan dominasi
pasukan Qizilbash atas kerajaan Safawi dengan cara membentuk pasukan baru yang
anggotanya terdiri dari budak-budak. Kedua
mengadakan perjanjian damai dengan Turki Usmani. Untuk mewujudkan perjanjian
ini, Abbas harus menyerahkan wilayah Azerbaijan, Georgia dan sebahagian wilayah
Luristan. Disamping itu Abbas berjanji tidak akan menghina tiga khalifah
pertama dalam Islam (Abu Bakar, Umar Ibn Khatab dan Usman).
Usaha-usaha yang dilakukan Abbas
tersebut berhasil membuatkerajaan Safawi kuat kembali. Kemudian Abbas mulai
memusatkan perhatiannya ke luar dengan berusaha merebut kembali wilayah-wilayah
kekuasaan yang hiang. Pada tahun 1598 M, ia menyerang dan menaklukkan Herat.
Setelah kekuatan terbina dengan baik, ia juga berusaha mendapatkan kembali
wilayah kekuasaannya dari Turki Usmani. Rasa permusuhan antar dua kerajaan yang
berbeda aliran agama ini memeng tidak pernah
padam sama sekali. Abbas I mengarahkan serangan-serangannya ke wilayah
kekuasaan kerajaan Usmani. Pada tahun 1602 M, saat turki Usmani berada di
bawah Sultan Muhammad III, pasukan Abbas
I menyerang dan berhasil menguasai Tabriz, Sirwan dan Baghdad, sedangkan
kota-kota lain dapat dikuasai pada tahun 1605-1606 M.
Masa kekuasan Abbas I ini meupakan
puncak kejayaan kerajaan Safawi, secar politik ia mampu mengatasi berbagai
kemelut dalam negeri yang mengganggu stabilitas negaa dan berhasil merebut
kembali wilayah-wilayah yang pernah direbut kerajaan lain pada masa raja-raja
sebelumnya. Kemajuan-kemajuan yang dicapai kerajaan Safawi ini bukan hanya
dibidang politik saja akan tetapi juga di bidang-bidang yang lain, serta banyak
kemajuannya. Kemajuan yang dicapai kerajaan Safawi antara lain adalah:
-
Bidang
Ekonomi
Stabilitas keadaan politik kerajaan
Safawi pada masa Abbas ternyata telah
memacu perkembangan perekonomian Safawi. Lebih-lebih telah kepulaauan Hurmuz di
kuasai dan pelabuhan Gumrun di ubah menjadi Bandar Abbas. Dengan dikuasainya
Bandar ini maka salah satu jalur dengan laut antara Timur dan barat yang biasa
diperebutkan oleh belanda, Inggris, dan Perancis sepenuhnya menjadi milik
kerajaan Safawi. Disamping sektor perdagangan, kerajaan Safawi juga mengalami
kemajuan di sektor pertanian, terutama di daerah bulan sabit.
-
Bidang
Ilmu Pengetahuan
Bangsa persia dikenal sebagai bangsa
yang berperadaban tinggi dan berjasa dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Oleh
karena itu tidak mengherankan apabila pada masa kerajaan Safawi tradisi
keilmuan ini terus berlanjut. Sehingga dalam bidang ini kerajaan Safawi mungkin
dapat dikenal lebih berhasil dari dua kerajaan besar Ilam lainnya pada masa
yang sama.
-
Bidang
pembangunan Fisik dan Seni
Bidang pembangunan telah berhasil menciptakan
isfahan yaitu ibukota kerajaan dan menjadi kota yang sangat indah. Di kota ini
di bangun bangunan yang begitu besar dan indah seperti mesjid-mesjid, rumah
sakit, sekolah, jembatan dan lain sebagainya. Sedangkan bagian seni yaitu
kentara dalam gaya arsitektur bangunan-bangunannya, seperti terlihat pada
mesjid Shah yang dibangun tahun 1611 M, dan Mesjid Syaikh Lutf Allah yang
dibangun tahun 1603. Unsur seni lainnya telihat terlihat pula dalam bentuk
kerajinan tangan, keramik, karpet, pakaian, tenunan dan juga yang lainnya.[8]
3)
Kerajaan
Mughal di India
Dalam tiga kerajaan
besar Islam, kerajaan Mughal adalah kerajaan yang termuda. Kerajaan Mughal
bukanlah kerajaan pertama di India, akan tetapi sebelumnya Islam di wilayah
India sudah ada pada masa Khalifah Al-Walid, dari dinasti Bani Umayyah.
Penakklukan dilakukan oleh tentara Bani Umayyah di bawah pimpinan Muhammad Ibn
Qasim. kerajanMughal mulai berdiri di India setelah terjadinya pertempuran yang
begitu dahsyat di Panipat. Setelah kerajaan Mughal berdiri raja-raja hindu
diseluruh India menyusun angkatan perang yang besar untuk menyerang babur.
Namun demikian, pasukan ini dapat dikalahkan Babur. Sementara itu, di
Afganistan masih ada golongan yang setia kepada keluarga Lodi, Mahmud, menjadi
Sultan.
Pada tahun 1530 M,
Babur meninggal dunia dalam usia 48 tahun setelah memerintah selama 30 tahun,
dengan meninggalkan kejayaan-kejayaan yang cemerlang. Pemerintahan dipegang
oleh putranya Humayun, dalam melaksanakan pemerintahan banyak menghadapi
tantangan. Sepanjang masa kekuasaannya selama sembilan tahun (1530-1539 M),
Negara ini tidak pernah aman, ia senantiasa melawan musuh. Dalam pertempuran
Humayun mengalami kekalahan dan ia terpaksa melarikan diri ke Kandahar dan
selanjutnya ke persia. Humayun dapat mengalahkan Sher Khan Shah setelah hampir
15 tahun berkelana meninggalkan Delhi. Kemudian ia kembali ke India dan menduduki tahta kerajaan Mughal pada
tahun 1555 M. Setahun setelah itu kemudian ia meninggal terjatuh dari dari tangga
perpustakaan.
Kemudian
pemerintahan diganti dengan anaknya kemantapan stabilitas politik yang
diterapkan anaknya Akbar dapat membawa kemajuan dalam bidang-bidang yang lain.
Terutama dalam bidang pertanian, perdaganagn kerajaan Mughal sangat meningkat.disamping
untuk kebutuhan dalam negeri hasil pertanian itu juga di ekspor ke Eropa, Afrika,
Arabia dan Asia Tenggara.
Bersama
dengan majunya bidang ekonomi, bidang seni dan budaya juga berkembang. Karya
seni yang menonjol adalah karya sastra gubahan penyair istana, baik yang
berbahasa Persia maupun berbahasa India. Kemudian juga bahagian arsitektur
yaitu dibangun istana Fatpur Sikri, vila dan Mesjid-mesjid yang indah.
2. Fase Kemunduran Tiga Kerajaan Besar
(1700-1800 M)
Pembahasan tentang proses kemunduran
tiga kerajaan besar ini disusun berdasarkan urutan keruntuhannya masing-masing,
yaitu kemunduran dan kehancuran kerajaan Safawi, keruntuhan dan kehancuran
kerajaan Mughal, serta keruntuhan dan kehancuran kerajaan Usmani
1)
Keruntuhan
dan kehancuran kerajaan Safawi
Kerajaan Safawi sepeningggalan Abbas I
berturut-turut diperintahkan oleh enam raja yaitu: Safi Mirza (1628-1642 M),
Abbas II (1642-1667 M), Sulaiman (1667-1694 M), Husain (1694-1722 M), sampai
pada Abbas III (1733-1736 M). Pada masa raja-raja tersebut kerajaan Safawi tidak
mengalami masa berkembang, bahkan meningkatnya tingkat-tingkat kemundurannya
sehingga kerajaan Safawi hancur. Sebab-sebab kehancuran munduran dan kehancuran
kerajaan Safawi ia konflik berkepanjangan dengan kerajaan Usmani. Kemudian
dekadensi moral yang melanda sebahagian para pemimpin kerajaan Safawi. Sulaiman
disamping pecandu berat narkotika diantara sebeb kehancuran tersebut, yang
terpenting diketahui adalah pasukan ghulam yang dibetuk oleh Abbas I tidak
memiliki semangat perang yang tinggi seperti Qizilbash.[9]
2)
Kemunduran
kerajaan Mughal
Kemunduran
kerajaan Mughal setellah mengalami kemajuan kemudian mengalami masa kemunduran
yang disebabkan oleh beberapa faktor anatarlain:
-
Terjadinya
stagnasi dalam pembinaan kekuatan militer sehingga operasi mileter Inggris di
wilayah-wilayah pantai tidak dapat segera oleh kekuatan maritim Mughal.
-
Kemerosotan
moral dan hidup mewah dikalangan elit politik, yang mengakibatkan boros dalam
penggunaan uang negara.
-
Semua
pewaris tahta kerajaan pada paruh terakhir adalah orang-orang lemah dalam
bidang kepemimpinan.
3)
Kemunduran
kerajaan Usmani
Kemunduranya
kerajaan Usmani disebabkan oleh beberaa faktor yaitu:
-
Wilayah
kekuasan yang sangat luas
-
Heterogenitas
penduduk
-
Kelemahan
para penguasa
-
Budaya
pungil dan lain-lain.[10]
C. Perkembangan
dan Pemikiran Islam Periode Abad Modern (1800M)
Periode
ini merupakan kebangkitan Islam, yaitu membuka mata Islam terutama Turki dan
Mesir. Setelah kehancuran yang dialami oleh umat Islam sekarang timbullah
pemuka-pemuka Islam mulai berfikir disamping berfikir dan mencari jalan untuk
mengembalikan blance of power, yang
telah pincang dan membahayakan Islam.berfikir dan mencari jalan keluarnya untuk
mengembalikan blance of power yang
dimaksudkan ini, sehingga timbullah pembaharuan yang dilakukan di berbagai
negara, terutama di bahagian Turki Usmani dan Mesir. Para pembaharuan
melahirkan berbagai aliran pembaharuan: Usmani Muda yang dipelopori oleh Zia
Psya (1825-1880) dan Namik Kemal (1880-1888), Turki Muda yang dimotori oleh
Ahmed Reza (1859-1931) dan lain-lain. Disamping
itu juga aliran pembaharuan lain, yaitu aliran barat yang dimotori oleh Tewfik
Fikret (1867-1951) sehingga sampai pada
aliran-aliran nasionalisme yang dimotori oleh Zia Gokalp (1875-1924).
Sedangkan
pembaharuan di Mesir dilakukan oleh Rifa’ah BadawiRafi’Ath-Thahtawi
(1801-1873), yang menjadi redaktur surat kabar Al-Waqa’i Al-Mishriyyah,
Jamaddin Al-Afganistan (1839-1897), sehingga sampai pada Rasyid Ridha, gagasan
mereka ini dipelajari oleh ulama indonesia yang sempat menuntut ilmu di Mesir.[11]
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Para
pembaharuan melahirkan berbagai aliran pembaharuan: Usmani Muda yang dipelopori
oleh Zia Psya (1825-1880) dan Namik Kemal (1880-1888), Turki Muda yang dimotori
oleh Ahmed Reza (1859-1931) dan lain-lain.
Disamping itu juga aliran pembaharuan lain, yaitu aliran barat yang
dimotori oleh Tewfik Fikret (1867-1951) sehingga sampai pada aliran-aliran nasionalisme yang dimotori oleh
Zia Gokalp (1875-1924).
Sedangkan
pembaharuan di Mesir dilakukan oleh Rifa’ah BadawiRafi’Ath-Thahtawi
(1801-1873), yang menjadi redaktur surat kabar Al-Waqa’i Al-Mishriyyah,
Jamaddin Al-Afganistan (1839-1897), sehingga sampai pada Rasyid Ridha, gagasan
mereka ini dipelajari oleh ulama indonesia yang sempat menuntut ilmu di Mesir.
DAFTAR PUSTAKA
Ajid
Thohiri, Perkembangan Peradaban Islam di
Kawasan Dunia Islam, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2004.
Dedi
Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, Bandung:
Pustaka Setia, 2008.
Bdri
Yatim, Sejarah Peradaban Islam,
Jakarta: Rajawali Pers, 2014, hal. 38.
Harun
Nasution, Islam di Tinjau dari Berbagai
Aspeknya, jilid II, Jakarta: Universitas Indonesia,
2012.
Syalabi,
Sejarah dan Kebudayaan Islam, Cet III,
Jakarta: Alhusna Zikra, 2008.
Siti
Maryam, dkk, Sejarah Peradaban Islam,
Yogyakarta: Lesfi, 2004.
Wunawiyah,
dkk, Sejarah Peradaban Islam,
Pustaka: Stadio, 2009.
[1] Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam,(Bandung:
Pustaka Setia, 2008), hal. 37.
[3] Ajid Thohirin, Perkembangan Peradaba Islam di Kawasan Dunia
Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hal. 166.
[4] Bdri Yatim, Sejarah Peradaban . . . ,hal. 136
[5] Ajid Thohirin, Perkembangan Peradaba Islam di Kawasan . . .,
hal. 192.
[6] Bdri Yatim, Sejarah Peradaban . . . , hal. 140.
[7] Bdri Yatim, Sejarah Peradaban . . . , hal. 142.
[8] Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban . . ., hal. 144.
[9] Bdri Yatim, Sejarah Peradaban . . . , hal. 158.
[10] Bdri Yatim, Sejarah Peradaban . . . , hal. 167.
[11] Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban . . ., hal. 45-46